MAKALAH FILSAFAT
MANUSIA
“
HAKIKAT MANUSIA MENURUT NOTONAGORO ”
\
Disusun
Oleh:
Kelompok:
9 / Kelas: A
1. Putri
Siwi Mahanani (1300013089)
2. Lelia
Darwitaningrum (1300013184)
3. Tiara
Dewi T. (1300013244)
4. Dewi
Uswatun Hasanah (1300013281)
5. Ayu
(1300013282)
6. Presti
Cahyani (1300013289)
7. Rahmahwati
Bintari (1300013292)
8. Al’fiia
Nanda P.O (1300013300)
9. Anindytha
F. (1300013302)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AHMAD
DAHLAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Manusia adalah pribadi
yang tersusun atas kesatuan harmonik antara jiwa raga dan eksistensi mereka
sebagai individu yang bermasyarakat. Manusia lahir dalam keadaan sangat sulit
untuk diketahui mengapa, bagaimana, dan untuk apa kelahirannya. Sadar akan
hidup dan kehidupannya, dan sadar akan tujuan hidupnya yaitu kembali kepada
Sang Pencipta. Itu menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk yang lemah,
keberadaan manusia sangat bergantung kepada Pencitanya. Manusia tidak dapat
berbuat apa-apa terhadap Penciptanya kecuali pasrah. Keberadaannya memberikaan
makna jelas kepada diri manusia sebgai makhluk Sang Pencipta.
Beberapa
ahli telah mendefinisikan manusia, diantaranya adalah: (Nicolaus D. & A. Sudiarja) Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena
ia adalah jasmani dan rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani
merupakan satu barang. (Abineno J. I) Manusia adalah "tubuh yang berjiwa" dan
bukan "jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang
fana". (Upanisads) Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman),
jiwa, pikiran, dan prana atau badan fisik. (Sokrates) Manusia adalah mahluk hidup berkaki dua yang tidak berbulu dengan kuku
datar dan lebar. (Kees Bertens) Manusia adalah suatu mahluk yang terdiri dari 2 unsur
yang kesatuannya tidak dinyatakan. (I Wayan Watra)
Manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias
dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan karsa. (Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany) Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia
adalah mahluk yang berfikir, dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi
(badan, akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor
keturunan dan lingkungan. (Erbe Sentanu)
Manusia adalah mahluk sebaik-baiknya
ciptaan-Nya. Bahkan bisa dibilang manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling
sempurna dibandingkan dengan mahluk yang lain. (Paula J. C & Janet W. K) Manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna
dalam situasi, mengemban tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara
kontinu serta turut menyusun pola berhubungan dan unggul multidimensi dengan
berbagai kemungkinan.
Dalam
beberapa sumber dapat kita temukan beberapa rumusan tentang manusia. Manusia
adalah makhluk yang pandai bertanya, bahkan ia mempertanyakan dirinya sendiri,
keberadaanya dan dunia seluruhnya. Dia mencari dan dalam pencarianya ia
mengandaikan bahwa ada sesuatu yang dapat ditemukan, yaitu
kemungkinan-kemungkinannya, termasuk kemampuanya mencari makna kehidupan.
Menurut
notonagoro (1995:97), untuk melihat krisis kemanusiaan sebagai salah satu karya
manusia, haruslah berawal dari hakikat manusia itu sendiri. Hakikat manusia
bagi bangsa indonesia merupakan kesatuan dari unsure-unsur jiwa (akal, rasa,
dan kehendak) dan raga (makhluk hidup dan unsure benda mati), bersama-sama dalam
satu keseimbangan. Juga ada keseimbangan antara sebagai makhluk individu dan
sosial, demikian kedudukan sebagai pribadi yang berdiri sendiri dan makhluk
tuhan. Masing-masing mewujudkan ketunggalan yang mutlak.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Biografi
Tokoh
Prof Dr Drs. Raden Mas Tumenggung Notonagoro SH (10 Desember 1905 - 23
September 1981) adalah seorang sarjana hukum Indonesia dan pemikir. Dia
dikreditkan sebagai yang pertama untuk mendekati filsafat negara Pancasila secara filosofis.
o
Biografi
Notonagoro lahir dengan nama Sukamto di Sragen, Jawa Tengah , Indonesia pada tanggal 10
Desember 1905. Setelah menikah dengan Gusti Raden Ayu Kostimah, putri Pakubuwono X, Susuhunan dari Surakarta, ia mengadopsi gelar kerajaan Raden
Mas Tumenggung dan mengubah namanya menjadi Notonagoro.
Notonagoro lulus dari Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta pada tahun 1929, menerima gelar Misteer
di de Rechten. Ia kemudian menerima doktorandus di de indologi dari Universitas Leiden, Belanda, pada tahun 1932. Setelah lulus, ia
menemukan pekerjaan di Kantor Pusat Ekonomi di Surakarta 1932-1938. Pada
sekitar waktu yang sama, 1933-1939, ia mengajar di Particuliaere Algemene
Middelbare School di Jakarta.
Setahun setelah Indonesia
merdeka
, Notonagoro diminta untuk bergabung dengan Kementerian Kemakmuran, tahun
berikutnya, ia mulai mengajar di Fakultas Pertanian di Klaten, Jawa Tengah. Pada tahun 1949 dia membantu dalam
pendirian Universitas Gadjah
Mada
di Yogyakarta, kemudian menjadi dosen tamu
mengajar hukum agraria. Pada tahun 1952 ia menjadi dekan fakultas hukum.
Notonagoro menjadi pendiri fakultas filsafat Universitas
Gadjah Mada pada tahun 1968. Untuk karyanya dengan universitas dan pemikiran
tentang Pancasila, Notonagoro diberi doktor kehormatan di
bidang filsafat dari Universitas Gadjah Mada pada tanggal 19 Desember 1974.
Dia meninggal pada tanggal 23 September 1981.
o
Pancasila
Notonagoro dilihat orang-orang dan budaya Indonesia sebagai materialis causa dari Pancasila. Dia percaya bahwa
Pancasila, tidak peduli seberapa diutarakan, terus arti dasar yang sama, yaitu
sebagai dasar negara, dan bahwa itu bukanlah konsep politik tapi pandangan
dunia. Saat ia menganggap Pancasila prinsip utama dari sistem politik
Indonesia, Notonagoro dianggap tidak berubah, dengan arti yang sama dan
aspirasi yang sama disampaikan kepada setiap generasi Indonesia.
Dia melihat tiga aspek fundamental dari Pancasila: politik,
sosial-budaya, dan agama. Dalam sistem Notonagoro, tiga aspek, serta lima
prinsip individu Pancasila, adalah unit senyawa (Indonesian : majemuk-Tunggal). Notonagoro juga melihat Pancasila
sebagai yang ada dalam hirarki piramida, dengan masing-masing prinsip yang
merupakan penyempurnaan dari yang sebelumnya itu, hirarki ini memastikan bahwa
Pancasila harus diambil secara keseluruhan, sebagai Notonagoro dilihat
ditinggalkannya satu atau lebih prinsip sebagai tidak stabil seluruh sistem. Sebagai
contoh, prinsip pertama (Ketuhanan Yang satu-satunya Tuhan), secara implisit
kepercayaan pada satu dan hanya Tuhan, lengkap dengan adil dan beradab
kemanusiaan, persatuan Indonesia serta demokrasi terpimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam kebulatan suara yang timbul dari permusyawaratan perwakilan
dan penuh keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Menurut Notonagoro,
pertama dua prinsip, kepercayaan pada satu-satunya Tuhan dan hanya dan
kemanusiaan yang beradab, mencakup seluruh aspek kemanusiaan dan menjabat
sebagai dasar untuk tiga lainnya ajaran.
B.
Pemikiran Notonagoro tentang Hakikat
Manusia
Dasar
Ontologis sila-sila Pancasila
Dasar ontologis pancasila pada hakikatnya
adalah manusia, yang memiliki hakikat mutlak monopluralis, oleh
karena itu hakikat dasar ini juga disebut sebagai dasar antropologis.
Subjek pendukung pokok sila-sila pancasila adalah manusia, hal ini dapat
dijelaskan sebagai berikut: bahwa yang Berketuhanan Yang Maha Esa, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta
yang berkeadilan sosial pada hakikatnya adalah manusia (Notonagoro, 1975: 23).
Manusia sebagai pendukung pokok sila-sila
Pancasila secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak yaitu terdiri
atas susunan kodrat, raga dan jiwa jasmani
dan rokhani, sifat kodratmanusia adalah sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial,
serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri
sendiri dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Oleh karena kedudukan kodrat manusia dan sebagai makhluk pribadi berdiri
sendiri dan sebagai makhluk tuhan inilah maka secara hieraekhis sila
pertama Ketuhanan Yang Maha Esamendasari dan menjiwai keempat
sila-sila pancasila yang lainnya (Notonagoro, 1975: 53).
Hubungan kesesuaian antara negara dengan
landasan sila-sila pancasila adalah berupa hubungan sebab – akibat yaitu negara
sebagai pendukung hubungan dan Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil sebgai
pokok pangkal hubungan. Landasan sila-sila pancasila yaitu Tuhan, manusia,
satu, rakyat dan adil adalah sebgai sesab adapun negara adalah sebagai akibat.
ü Dasar Epistemologis Sila-sila Pancasila
Pancasila
yaitu hakikat manusia monopluralis merupakan dasar pijak epistemology
pancasila. Menerut pancasila bahwa hakikat manusia adalah monopluralis yaitu
hakikat manusia ang memiiki unsur-unsur pokok yaitu susunan kodrat yang terdiri
atas raga (jasmani) dan jiwa (rohani). Tingkatan hakikat raga manusia adalah
unsure-unsur : fisis anorganis, vegetative, animal. Adapun unsure jiwa (rohani)
manusia terdiri atas unsur-unsur potensi jiwa manusia yaitu : akal, yaitu suatu
potensi unsur kejiwaan manusia dalam mendapatkan kebenaran pengetahuan
manusia. Menurut notonegoro dalam skema potensi rokhaniah manusia
terutama dalam kaitannya dengan pengtahuan akal manusia merupakan sumber daya
cipta manusia dan dalam kaitannya degan upaya untuk memperoleh pengetahuan yang
benar terdapat tingkat-tingkat pemikiran sebagai : memories, reseptif, kritis,
dan kreatif.
Adapun
potensi atau daya untuk meresapkn pengetahuan atau dengan lain perkataan
transformasi pengethuan terdapat tngkatan sebagai berikut : demonstrasi,
imajinasi, asosiasi, analogi, refleksi, intuisi, inspirasi dan ilham
(Notonegoro, tanpa tahun: 3). Manusia pada hakikatnya kedudukan kodratnya
adalah sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa, maka sesuai dengan sila pertama
pancasila epistemology pancasila juga mengakui kebenaran wahyu yang bersifat
mutlak hal ini sebagai tingkatan kebenaran yang tertinggi. Kebenaran dalam
engetahuan manusia adalah merupakan suatu sintesa yang harmonis antara
potensi-potensi kejiwaan manusia yaitu akal, rasa dan kehendak manusia untuk
mendapatkan kebenaran yg tertinggi yaitu kebenaran mutlak. Selain it dalam sila
ketiga yaitu persatuan indnesia, sila keempat. Maka epistemology pancasila juga
mengakui kebenaran consensus terutama dalam kaitannya dengan hakikat sifat
kodrat manusia sebagai makhluk individu dan social. Sebagai suatu paham
epistemology maka pancasila mendasarkan pada pandangannya bahwa ilmu
pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas nilai karena harus diletakkan pada
kerangka moralitas kodrat manusia serta moralitas relegius dalam upaya
mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan yang mutlak dalam hidup manusia.
Berdasarkan
hakikatnya manusia dalam kenyataan objektivnya bersifat ganda bahkan
multidimensi. Atas dasar kajian ilmu sosial tersebut kemudian dikembangkanlah
metode baru berdasarkan hakikat dan sifat paradigma ilmutersebut, maka
berkembanglah metode kualitatif. Dalam masalah yang populer iniistilah
‘paradigma’ berkembang menjadi suatu terminologi yang mengandung konotasi
pengertian sumber nilai, kerangka fikir, orientasi dasar, sumber asas arah dan
tujuan dari suatu perkembangan, perubahan serta proses dalam suatu bidang
tertentu termasuk dalam bidang kehidupan kenegaraan dan kebangsaan. Negara
adalah sebagai perwujudan sifat kodrat manusia individu-makhluk sosial
(natonogoro, 1975), yang senantiasa tidak dapat dilepaskan dengan lingkungan
geografis sebagai ruang tempat bangsa tersebut hidup. Akan tetapi harus diingat
bahwa manusia kedudukan kodratnya adalah sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa,
oleh karena itu dalam kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan tidak
dapat dipisahkan dengan nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
Skema hakikat manusia menurut Notonagoro
C. Kelebihan Dan
Kekurangan Pemikiran Pokok Tentang Manusia
a. Kodrat Kelebihan:
Dalam teori hakikat manusia menurut Notonagoro, Pengklasifikasiannya mencapai
tahap manusia sebagai makhluk tuhan (makhluk spiritual).
b. Kekurangan: Konsep Notonegoro tentang hakikat abstrak
D.
Penerapan
Pemikiran Pokok
Tentang Manusia Dalam Perkembangan Psikologi
a. Berdasarkan
susunan kodrat manusia
Susunan kodrat manusia menurut notonagoro ada 2
yaitu jiwa dan raga. Penerapan dalam perkembangan psikologis jiwa dan raga mempengaruhi
perkembangan seseorang. Contoh: fase perkembangan anak menurut freud
diantaranya yaitu masa oral (0-2
tahun). Pada masa ini perkembangan jiwanya lebih cenderung memiliki rasa
keingintahuan yang tinggi. Sedangkan perkembangan raganya akan terjadi seperti
tumbuh gigi, bisa berjalan, tinggi badan yang bertambah dan lain sebagainya
yang berhubungan dengan fisik.
b. Berdasarkan
sifat manusia
Penerapan dalam perkembangan psikologis manusia
terbagi menjadi beberapa macam, salah satunya yaitu: manusia yang bersifat
introvert dan ekstrovert. Berdasarkan teori manusia menurut notonagoro sifat
manusia ada dua yaitu manusia individu dan sosial. Jadi secara psikologis
manusia yang bersifat introvert lebih condong ke individualitas dan lebih
tertutup. Kadangkala juga merasa tidak membutuhkan orang lain dalam menghadapi
suatu masalah. Tetapi manusia yang bersifat ekstrovert dia lebih cenderung
ingin berinteraksi dengan orang lain (sosial).
c. Berdasarkan
kedudukan kodrat manusia
Manusia merupakan makhluk pribadi mandiri dan
makhluk tuhan. Contohnya seorang mahasiswa yang mengerjakan ujian artinya dia
sebagai makhluk pribadi mandiri. Tetapi disisi lain dia juga sebagai makhluk
tuhan, karena dibalik keberhasilannya itu dia juga memohon dan berdoa pada
tuhan akan kelancarannya. Dalam aspek psikologis mahasiswa yang sedang ujian
itu ada proses belajar, ingatan, persepsi dan sensasi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manusia
adalah makhluk monopluralis, maksudnya makhluk yang memiliki banyak unsur
kodrat (plural), tetapi merupakan satu kesatuan yang utuh (mono). Jadi, manusia
terdiri dari banyak unsur kodrat yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Tetapi
dilihat dari segi kedudukannya, susunannya, dan sifatnya masing-masing bersifat
monodualis. Riciannya sebagai berikut: dilihat dari kedudukan kodratnya manusia
adalah makhluk monodualis: terdiri dari dua unsur (dualis), tetapi merupakan
satu kesatuan (mono), yakni sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri sekaligus
sebagai makhluk Tuhan Dilihat dari susunan kodratnya, manusia sebagai makhluk
monodualis, maksudnya terdiri dari dua unsur yakni unsur raga dan unsur jiwa
(dualis), tetapi merupakan satu kesatuan yang utuh (mono). Dilihat dari sifat
kodratnya, manusia juga sebagai makhluk monodualis, yakni terdiri dari unsur individual
dan unsur sosial (dualis), tetapi merupakan satu kesatuan yang utuh (mono).
Secara keseluruhan, manusia adalah makhluk monopluralis seperti disebutkan di
depan.
DAFTAR PUSTAKA
Poespowardojo, Soerjanto,
K. Bertens. 1978. Sekitar Manusia. Gramedia: Jakarta
Soemargono, Soejono.
Pengantar Filsafat. Tiara Wacana: Jakarta
Kamaluddin,
Undang Ahmad dan S. Pradja, Juhaya. 2013. Filsafat Manusia. Pustaka Setia:
Bandung